Sabtu, 14 Juli 2012

Rencana yang Indah Dari Allah


Pernahkah kita kecewa terhadap suatu hal?

Pernahkah kita sedih terhadap takdir Allah kepada kita?
Pernahkah terbersit di hati kita bahwa Allah tidak sayang pada kita karena Dia tidak mengabulkan permohonan kita?

Sedih dan kecewa adalah suatu hal yang wajar bila kenyataan tidak sesuai dengan harapan. Tapi tahukah kalian bila "Seberapapun indahnya mimpi kita... Jauh lebih indah rencana Allah untuk kita". Tahukah kalian bila Allah mengabulkan doa hamba-Nya dengan 3 cara; yang pertama Allah menjawab YA dan langsung mengabulkan apa yang kita pinta, kedua, Allah berkata TIDAK karena Allah akan memberikan hal yang jauh lebih baik dari yang kita pinta, dan terakhir, Allah berkata TUNGGU DULU, karena saat ini bukan saat yang tepat untuk dikabulkannya permintaan kita, Allah tahu saat yang terbaik untuk mengabulkannya.

Sejak awal SMA, saya sudah bercita-cita untuk menjadi seorang dokter. Saya benar-benar ingin menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Jakarta. Saya belajar keras supaya tembus SPMB di universitas impian. Tetapi Allah berkata lain. FKUI bukan tempat saya. Allah menempatkan saya di pilihan kedua, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) Surabaya.

Kecewa? pasti. Sedih? tentu saja. Orang tua dan teman-teman di sekitar saya berkata bahwa saya harus tetap bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk mencicipi nikmatnya bangku kuliah. Masih bisa lulus SPMB di Fakultas Kedokteran dan universitas negeri lagi. Saya berusaha berpikir realistis bahwa saya masih termasuk orang yang amat sangat beruntung. Walaupun begitu, di sudut hati saya tersisa sebuah kekecewaan. Karena impian saya selama 3 tahun dibangku SMA tidak terwujud. Terbersit rasa iri bila melihat teman-teman saya dengan bangganya memamerkan "jaket kuning" mereka. Saya akui, mungkin ketika itu saya termasuk orang yang kurang bersyukur. Tetapi seberapapun kerasnya berusaha, rasanya susah sekali menghilangkan rasa kecewa di hati saya.

Seiring berjalannya waktu, saya mulai menerima keberadaan saya di FK Unair. Saya pun mulai bermimpi lagi. Melihat kesuksesan seorang kakak kelas menjadi Mahasiswa Berprestasi Nasional (MawapresNas), saya pun tergerak untuk mengikuti jejak beliau. Saya berusaha keras untuk mendapatkan nilai yang baik dalam pelajaran, mengikuti berbagai macam organisasi kemahasiswaan dan juga mengikuti banyak kompetisi karya tulis ilmiah. Walaupun saya bukan yang terbaik dalam kelas di bidang pelajaran dan sering mencuri-curi waktu dari padatnya perkuliahan FK untuk aktif di berbagai organisasi, juga sering kali kalah dalam kompetisi, tapi saya tidak menyerah. Saya berusaha sungguh-sungguh untuk menjadi mawapresnas.

Tapi...lagi-lagi Allah berkata lain. Mawapresnas bukan jalan saya. Bahkan langkah saya hanya terhenti sebagai juara 3 mawapres tingkat fakultas. Lagi-lagi saya merasa kecewa. Saya merasa semua kerja keras saya sia-sia. Seberapa pun saya berusaha, saya tidak akan pernah dapat mewujudkan impian saya.
Namun, di tengah-tengah keterpurukan itu Allah memberikan hadiah yang tak terduga. Sebuah hal yang tak pernah terbersit sekalipun di benak saya. Dengan karunia dan izin dari Allah saya mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri selama 2 tahun untuk meraih gelar research master dari salah satu universitas ternama di Eropa.

Saya terhenyak. Bila saya tidak masuk FK Unair mungkin saya tidak akan bisa merasakan kuliah di luar negeri gratis. Bila saya lolos mawapresnas, mungkin saya tidak mendapatkan kesempatan mengikuti beasiswa ini. Subhanallah..Maha suci Engkau ya Allah yang telah merencanakan jalan yang indah dibalik semua ini. Jujur, bila saya berpikir realistis, masih banyak teman saya yang lebih layak untuk mendapatkan beasiswa ini. Masih banyak orang yang jauh lebih pintar dari saya. Masih banyak orang yang lebih jago berbahasa Inggris. Masih banyak orang yang lebih berprestasi dari saya.

Tapi bila Allah sudah berkehendak, maka tidak ada satu pun di dunia ini yang bisa menghentikannya. Akhirnya Tanggal 7 agustus 2009 seorang anak manusia yang bernama Yelvi Levani pergi meninggalkan Indonesia menuju sebuah negeri baru, negeri impian untuk menuntut ilmu, negeri Belanda.

Allah pasti selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya. Walaupun di awal kita merasa kenyataan apa yang kita hadapi jauh dari hal yang kita impikan. Tapi percayalah, "Seberapapun indahnya mimpi kita... Jauh lebih indah rencana Allah untuk kita".

Kuliah di luar negeri bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sebuah awal dalam meraih mimpi-mimpi selanjutnya. Tentu saja pasti akan banyak kesulitan yang jauh lebih besar dari sebelumnya. Tapi Allah tidak akan membebani seorang hamba diluar kemampuan hamba-Nya.

Saya terdiam dan teringat bahwa seorang saudari pernah berkata kepada saya. Apa yang saya hadapi setimpal dengan apa yang saya didapatkan. Tidak ada yang gratis di dunia ini. Termasuk beasiswa ini. Saya harus bekerja keras sebagai bayaran atas beasiswa studi negeri ini.Tidak semua orang mendapatkan kesempatan kuliah di luar negeri GRATIS. Betapa pun sulitnya rintangan yang dihadapi saya harus yakin, semua rencana Allah selalu indah, tidak ada namanya kebetulan di dunia ini. Semuanya sudah ditakdirkan oleh Allah SWT.

Allah tidak pernah tidur. Tidak ada yang sia-sia dari sebuah kerja keras. karena Allah pasti akan memberikan rezeki kepada kita dari arah yang tidak disangka-sangka. Oleh karena itu, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. "Apa-apa yang menurut kita baik, belum tentu baik menurut Allah, dan apa-apa yang menurut kita tidak baik, belum tentu tidak baik bagi Allah. Manusia tidak punya pengetahuan tentangnya. Tapi Allah maha tahu segalanya"

Mimpi saya terinspirasi dari banyak orang, dan saya berharap semoga sedikit cerita dari saya juga bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar