Pernahkah kita kecewa terhadap suatu
hal?
Pernahkah kita sedih terhadap takdir
Allah kepada kita?
Pernahkah terbersit di hati kita
bahwa Allah tidak sayang pada kita karena Dia tidak mengabulkan permohonan
kita?
Sedih dan kecewa adalah suatu hal
yang wajar bila kenyataan tidak sesuai dengan harapan. Tapi tahukah kalian bila
"Seberapapun indahnya mimpi kita... Jauh lebih indah rencana Allah untuk
kita". Tahukah kalian bila Allah mengabulkan doa hamba-Nya dengan 3 cara;
yang pertama Allah menjawab YA dan langsung mengabulkan apa yang kita pinta,
kedua, Allah berkata TIDAK karena Allah akan memberikan hal yang jauh lebih
baik dari yang kita pinta, dan terakhir, Allah berkata TUNGGU DULU, karena saat
ini bukan saat yang tepat untuk dikabulkannya permintaan kita, Allah tahu saat
yang terbaik untuk mengabulkannya.
Sejak awal SMA, saya sudah
bercita-cita untuk menjadi seorang dokter. Saya benar-benar ingin menjadi
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Jakarta. Saya
belajar keras supaya tembus SPMB di universitas impian. Tetapi Allah berkata
lain. FKUI bukan tempat saya. Allah menempatkan saya di pilihan kedua, Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) Surabaya.
Kecewa? pasti. Sedih? tentu saja.
Orang tua dan teman-teman di sekitar saya berkata bahwa saya harus tetap
bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk mencicipi nikmatnya bangku
kuliah. Masih bisa lulus SPMB di Fakultas Kedokteran dan universitas negeri
lagi. Saya berusaha berpikir realistis bahwa saya masih termasuk orang yang
amat sangat beruntung. Walaupun begitu, di sudut hati saya tersisa sebuah
kekecewaan. Karena impian saya selama 3 tahun dibangku SMA tidak terwujud.
Terbersit rasa iri bila melihat teman-teman saya dengan bangganya memamerkan
"jaket kuning" mereka. Saya akui, mungkin ketika itu saya termasuk
orang yang kurang bersyukur. Tetapi seberapapun kerasnya berusaha, rasanya
susah sekali menghilangkan rasa kecewa di hati saya.
Seiring berjalannya waktu, saya
mulai menerima keberadaan saya di FK Unair. Saya pun mulai bermimpi lagi.
Melihat kesuksesan seorang kakak kelas menjadi Mahasiswa Berprestasi Nasional
(MawapresNas), saya pun tergerak untuk mengikuti jejak beliau. Saya berusaha
keras untuk mendapatkan nilai yang baik dalam pelajaran, mengikuti berbagai
macam organisasi kemahasiswaan dan juga mengikuti banyak kompetisi karya tulis
ilmiah. Walaupun saya bukan yang terbaik dalam kelas di bidang pelajaran dan
sering mencuri-curi waktu dari padatnya perkuliahan FK untuk aktif di berbagai
organisasi, juga sering kali kalah dalam kompetisi, tapi saya tidak menyerah.
Saya berusaha sungguh-sungguh untuk menjadi mawapresnas.
Tapi...lagi-lagi Allah berkata lain.
Mawapresnas bukan jalan saya. Bahkan langkah saya hanya terhenti sebagai juara
3 mawapres tingkat fakultas. Lagi-lagi saya merasa kecewa. Saya merasa semua
kerja keras saya sia-sia. Seberapa pun saya berusaha, saya tidak akan pernah
dapat mewujudkan impian saya.
Namun, di tengah-tengah keterpurukan
itu Allah memberikan hadiah yang tak terduga. Sebuah hal yang tak pernah
terbersit sekalipun di benak saya. Dengan karunia dan izin dari Allah saya
mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri selama 2 tahun untuk meraih gelar
research master dari salah satu universitas ternama di Eropa.
Saya terhenyak. Bila saya tidak
masuk FK Unair mungkin saya tidak akan bisa merasakan kuliah di luar negeri
gratis. Bila saya lolos mawapresnas, mungkin saya tidak mendapatkan kesempatan
mengikuti beasiswa ini. Subhanallah..Maha suci Engkau ya Allah yang telah
merencanakan jalan yang indah dibalik semua ini. Jujur, bila saya berpikir
realistis, masih banyak teman saya yang lebih layak untuk mendapatkan beasiswa
ini. Masih banyak orang yang jauh lebih pintar dari saya. Masih banyak orang
yang lebih jago berbahasa Inggris. Masih banyak orang yang lebih berprestasi
dari saya.
Tapi bila Allah sudah berkehendak,
maka tidak ada satu pun di dunia ini yang bisa menghentikannya. Akhirnya
Tanggal 7 agustus 2009 seorang anak manusia yang bernama Yelvi Levani pergi
meninggalkan Indonesia menuju sebuah negeri baru, negeri impian untuk menuntut
ilmu, negeri Belanda.
Allah pasti selalu memberikan yang
terbaik bagi hamba-Nya. Walaupun di awal kita merasa kenyataan apa yang kita
hadapi jauh dari hal yang kita impikan. Tapi percayalah, "Seberapapun
indahnya mimpi kita... Jauh lebih indah rencana Allah untuk kita".
Kuliah di luar negeri bukanlah akhir
dari segalanya, melainkan sebuah awal dalam meraih mimpi-mimpi selanjutnya.
Tentu saja pasti akan banyak kesulitan yang jauh lebih besar dari sebelumnya.
Tapi Allah tidak akan membebani seorang hamba diluar kemampuan hamba-Nya.
Saya terdiam dan teringat bahwa
seorang saudari pernah berkata kepada saya. Apa yang saya hadapi setimpal
dengan apa yang saya didapatkan. Tidak ada yang gratis di dunia ini. Termasuk
beasiswa ini. Saya harus bekerja keras sebagai bayaran atas beasiswa studi
negeri ini.Tidak semua orang mendapatkan kesempatan kuliah di luar negeri
GRATIS. Betapa pun sulitnya rintangan yang dihadapi saya harus yakin, semua
rencana Allah selalu indah, tidak ada namanya kebetulan di dunia ini. Semuanya
sudah ditakdirkan oleh Allah SWT.
Allah tidak pernah tidur. Tidak ada
yang sia-sia dari sebuah kerja keras. karena Allah pasti akan memberikan rezeki
kepada kita dari arah yang tidak disangka-sangka. Oleh karena itu, janganlah
berputus asa dari rahmat Allah. "Apa-apa yang menurut kita baik, belum
tentu baik menurut Allah, dan apa-apa yang menurut kita tidak baik, belum tentu
tidak baik bagi Allah. Manusia tidak punya pengetahuan tentangnya. Tapi Allah
maha tahu segalanya"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar