Tak pernah kubayangkan disaat masa-masa peralihanku dari remaja ke dewasa ternyata sungguh sangat berat dan membuat aku seperti sampah.
Semua ini berawal disaat aku berkenalan dengan Juno teman dari teman sekelasku yang juga bersekolah di SMA yang sama. Dia menyatakan cinta padaku dan tidak perlu waktu lama aku langsung menyambut cintanya dengan senang hati dan juga rasa ingin tahu. Ingin tahu apa sebenarnya itu cinta.
1 bulan sudah aku berpacaran dengan dia dan dia ternyata sangat baik padaku. Tapi sayangnya didalam masa-masa berpacaran kami yang singkat itu kami belum pernah melewati malam minggu berdua sekalipun dan pada akhirnya kami berdua mengatur kencan kami yang pertama.
Kami bertemu di sebuah taman yang selalu ramai dikunjungi orang jika sudah malam minggu menjelang. Malam itu dia terlihat sangat tampan sekali, aku pun memujinya begitu juga dia memuji aku. Jujur aku makin larut dalam rasa dan aku beranggapan dialah yang terbaik
Malam itu kulewati dengan cinta dan kasih sayang. Malam pun semakin larut dan suasana taman berangsur sepi. Aku mulai gelisah dan ku lihat beberapa kali di HP ku ada sms berdatangan dan itu dari orangtuaku. Aku pun mengajaknya pulang dan minta diantar tetapi dia tidak ingin cepat-cepat pulang. Dingin membuatnya merapat padaku dan pada akhirnya hal yang tidak diinginkan terjadi. Sebenarnya aku sudah memohon untuk dia supaya jangan menodai aku tetapi dia berjanji akan tanggung jawab atas perbuatannya jika aku hamil. Maka malam itu habis sudahlah harga kegadisanku dengan cuma-cuma untuk kekasih hatiku.
“Juno, betulkah kau akan bertanggung jawab?” Tanyaku setelah usai hubungan binatang itu. Tetapi dia diam saja sambil mengeratkan celananya. Dia mengulurkan tangannya padaku mengajakku untuk pulang. Aku mengikut saja walau sakit rasanya Juno sama sekali tak berbicara apa-apa padaku selama dalam perjalanan pulang.
Sesampai di rumah aku menangis sejadi-jadinya. Ku sumpal mulutku dengan kutangku agar suaraku tidak terlalu kencang didengar orang rumah. Kupukul-pukul kepalaku dengan tanganku. Aku tak habis fikir kenapa aku sebodoh itu. Kukirimi SMS padanya memberitahukan ketakutanku tetapi dia tidak menggubris.
Kutelepon tetapi justru HPnya dimatikan begitu saja. Sungguh pada malam itu aku benar-benar patah hati.
Di sekolah, aku tak pernah lagi bertemu dengan dia. Aku mencarinya selalu bila istirahat tiba tetapi tak ada ku temui dia. Dan pada akhirnya waktu mempertemukan aku dan dia saat dia berjalan sendiri di koridor kelas. Aku menatapnya dengan penuh harap tetapi dia menunduk lalu berjalan pergi meninggalkanku. Sungguh hancur hatiku!!!
Aku pusing. Dari hari ke hari aku makin tidak bisa berpikir secara normal kembali. Pelajaranku di sekolah amburadul. Dan rasa mual sudah menemaniku selalu. Mau tak mau aku pergi sendiri ke Apotik untuk membeli test pack. Apotekernya memandangiku yang berseragam SMA lengkap tapi membeli alat pengetes kehamilan. Aku sangat malu dan merasa betul-betul sampah tapi mau apa lagi? Aku betul-betul tertekan di tengah-tengah keadaan yang tak biasa ini. Tak ada satu pun yang bisa aku andalkan untuk diajak bertukar pikiran. Juno? Persetan dia. Dia tak peduli lagi padaku.
Pagi harinya aku buru-buru ke kamar mandi untuk mengecek apa aku hamil atau tidak. Kira-kira beberapa menit kemudian aku melihat hanya SATU GARIS??? Aku melonjak kegirangan lalu keluar dari kamar mandi sambil tetap membawa test pack itu. Betapa bahagia aku itu terjadi. Dan kira-kira beberapa saat kemudian aku kembali mengambil test pack itu dan memriksanya kembali. DUA GARIS!!!!! Hampir aku pingsan.
Ya, aku hamil. Di dalam rahimku kini ada calon manusia. Juno sudah ku kabari tetapi dia menggeleng alias menolak keberadaanku. Aku sudah seperti orang gila saja. Mama dan Papa juga makin menyadari keanehanku itu. Suatu siang Mama masuk ke kamar dan terheran-heran melihat persediaan pembalutku masih sangat banyak. Aku tak bisa menyembunyikan kesedihanku selama ini yang ku tanggung sendiri dan pada akhirnya aku mengakui itu semua. Aku dan Mama bertangis-tangisan siang itu.
Singkat cerita, pada akhirnya aku dan Juno menikah walau itu terlihat seperti tidak menikah. Aku putus sekolah dan Juno masih tetap sekolah. Juno menjadi ayah ketika dia sedang menjalani UAN. Dan pada akhirnya muncullah ke dunia anak bayi kecil nan imut ku beri namanya Leonola berhubung dia berzodiak leo. Dan sekarang bayiku itu sudah berumur 1 tahun pada saat itu Ayahnya sudah menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi terkemuka yang bisa dia rengkuh karena dia memang pintar.
Aku jijik melihat dia. Entah kenapa memang itu yang aku rasakan karena memang dia selalu bersenang-senang sendiri tanpa mau memperhatikan aku yang sendiri jika malam hari menjelang. Ketepatan kami memang sudah tidak tinggal bersama keluarga kami. Aku berjanji akan membalas perbuatannya yang tak peduli itu. Betul saja, ketika dia membutuhkan aku untuk nafsu semalamnya aku menolak untuk melakukan dan tidak jarang kami bertengkar sampai memakai kekerasan hanya karena masalah seperti itu.
“Aku benci melihatmu!!! Kalau bukan karena Leonola… Aku sudah pergi meninggalkanmu…” Kataku dan dia hanya terdiam. “Jangan kira cinta matiku yang dulu pernah ada masih bertahan!!! Tidak sama sekali!!!” Jeritku.
5 tahun kami mengarungi bahtera keluarga yang kaku, dingin dan sangat-sangat menyakitkan ini. Dan pada akhirnya aku mulai merasakan bahwa uang sangat di butuhkan apalagi anakku sudah masuk TK yang membutuhkan uang banyak. Suamiku Juno hanya menyimpan uangnya untuk dirinya saja. Akhirnya aku memilih untuk membuka usaha jualan nasi di pinggir tertminal.
Seharusnya Juno suamiku bangga melihat aku seorang istri yang rela bekerja keras. Tapi ini tidak dia justru secara blak-blakan mengatakan bahwa dia sungguh sangat malu melihat aku. Sekalipun usaha itu sudah mengeluarkan uang banyak. Rasa benciku semakin hari semakin besar. Sekarang aku dan dia sudah berbeda kamar.
Tetapi suatu malam dia mengetuk kamarku dan aku melangkah membuka pintu itu. Ternyata dia mabuk dan memaksa aku melakukan hubungan badan dengannya. Aku menolak tetapi justru rambutku ditarik dan kepalaku dibentur di pintu menciptakan suara keras hampir saja Leonola terbangun. Aku meronta dan aku menolak itu semua tetapi dia makin menggila. Usahaku untuk tetap bersumpah bahwa takkan pernah ada hubungan suami-istri lagi. Tidak akan! Ku raih gelas yang ada di meja riasku. Dan Praaangkkkk!!!!!!!!!!
Sudah… Usai sudah… Jika ditanya-tanya ku katakan dia mati karena dikeroyok oleh komplotan perampok. Orangtuaku percaya saja begitu juga dengan orangtuanya. Sekarang aku hanya berharap agar jangan pernah ada yang bisa menyingkap tabir kehidupan kelamku. Jika sampai itu terjadi dan aku menerima hukuman mungkin aku akan terkurung di dalam terali besi dan anakku tidak beribu dan tak berayah.
Selalu aku berdoa pada Yang Kuasa. Aku berjanji aku akan menebus kesalahanku kelak tetapi biarkan dulu aku untuk tetap mengurus Leonola sampai dia dewasa. Mengenai Juno suamiku aku tidak terlalu peduli walau belakangan ini aku mlai merasa kehilangan.
Aku mungkin lepas dari hukum dunia ini
Tetapi kelak aku akan menerima hukumanku sebenarnya
Tapi apa boleh buat?
Life must go on
Anakku jangan sampai merasakan apa yang kurasakan
Tuhan maafkan aku…...
sumber :
http://imamuddin.wordpress.com/2011/08/11/menikah-muda-membuatku-banyak-dosa/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar