Kemarin (7/7/2014) saya berkesempatan hadir dalam forum diskusi yang diinisiasi oleh perpustakaan wilayah Kalbar
tema diskusi tersebut sangat menarik, yaitu "Persiapan Membangun Perpustakaan Komunitas Berbasis Warung Kopi Di Kota Pontianak"
Diskusi tersebut dipandu oleh Bang Pay Jarot (salah satu pemateri ketika saya PAMB) dan menghadirkan 3 org pembicara
berbagai komunitas kepenulisan seperti FLP, komunitas membaca, owner toko buku, pemilik warung kopi, hingga organisasi kampus diundang ke dalam diskusi tersebut
sangat positif apa yang dibahas dalam diskusi tersebut !
Pemerintah melalui Perpustakaan Wilayah Kalimantan Barat ingin menumbuhkembangkan budaya membaca di masyarakat kota Pontianak
dan target yang dituju adalah ruang publik, yaitu Warung Kopi
ternyata konsep perpustakaan berbasis warung kopi seperti ini telah berkembang di berbagai kota Indonesia
target awalnya adalah 10 warung kopi yang akan menjadi opening dari gagasan ini
dengan paparan data dan fakta mengenai warung kopi semakin mendukung gagasan ini
warung kopi dewasa ini menjadi ruang publik yang begitu heterogen
tua-muda, pria-wanita menjadikan warung kopi sebagai tempat untuk bersantai bersama teman atau komunitas
melihat kedepan, gagasan ini sangat positif. budaya membaca masyarakat yang rendah memang sangat perlu ditingkatkan
terakhir, saya sangat terkesan dengan apa yang disampaikan oleh Pak Untad selaku pembicara dari pihak perpustakaan terkait adanya kemungkinan buku yang hilang
"saya lebih menyukai buku hilang tapi dibaca oleh orang ketimbang buku yang berdebu tapi tak pernah dibaca"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar