Rabu, 23 Juli 2014

Adab Memberi Nasehat

“Seorang mu’min menutup (aib saudaranya) dan menasehatinya.

Sedangkan seorang fajir (pelaku maksiat) membocorkan (aib saudaranya) dan memburuk-burukkan.”

Sejatinya, nasihat dan celaan itu bedanya tipis | Nasihat diberikan secara rahasia, sedangkan celaan disampaikan secara terang-terangan

Apabila engkau memberi nasehat, maka nasehatilah secara rahasia, jangan di hadapan orang lain

Al-Imam Ibnu Hibban rahimahullah (wafat tahun 354 H) berkata :
“Nasihat itu merupakan kewajiban manusia semuanya, tetapi dalam teknik penyampaiannya haruslah dengan secara rahasia, tidak boleh tidak.....
karena barangsiapa yang menasihati saudaranya di hadapan orang lain, maka berarti dia telah mencelanya,

dan barangsiapa yang menasihatinya secara rahasia, maka berarti dia telah memperbaikinya.

Sesungguhnya penyampaian dengan penuh perhatian kepada saudaranya sesama muslim adalah kritik yang membangun, dan lebih besar kemungkinannya untuk diterima dibandingkan penyampaian dengan maksud mencelanya.

Hendaknya kritik atau nasihat disampaikan dengan cara yang baik dan tidak melukai perasaan dengan cara mengungkapkannya langsung secara personal tidak di hadapan forum atau untuk kehati-hatian, hendaknya dilakukan dengan secara sembunyi-sembunyi


Nasihat apabila dilakukan sesuai adabnya, insya Allah akan menjadi sebuah kasih sayang, dan Ukhuwah pun akan terasa

Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kalian tidak mengetahui.” (Surat An-Nuur: 19)
#TepatMemberiNasihat
#RumahPedas



kultwit diatas adalah kutipan dari buku "Tepat Memberi Nasehat" karyanya Ust. Fariq Gasim Anuz.... buku ini "highly reccommendeed" jikalau teman-teman ingin membaca buku tentang adab dalam memberi nasehata ataupun tentang nasehat secara keseluruhan.... :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar