“if you took out Makelele from the team, so you took out the heart of their team”
Kalimat diatas begitu familiar sejak
beberapa tahun yang lalu ketika Los
Galacticos (Julukan Real Madrid) waktu itu melakukan sebuah blunder besar
dalam bursa transfer pemain.
Berkumpulnya sejumlah pemain bintang kelas dunia seperti Zidane, Figo,
Beckham, Raul, dan Ronaldo membuat Real Madrid menjadi salah satu tim dengan
lini serang paling wahid saat itu. Namun sayang, sebuah blunder yang diselimuti
dengan kesombongan dilakukan oleh Manajemen El Real yang melepas “sang jantung”
tim, Makelele ke Chelsea.
“We
will not miss him, his technique is average, he lacks speed and skill, his
distribution goes backwards or sideways. New players will arrive to make us
forget Makelele”.
Begitulah ucapan kesombongan yang dilontarkan oleh
manajemen El Real waktu itu ketika memutuskan untuk melepas Makelele.
Sejak kepergian Makelele, Real Madrid harus
menerima pil pahit dengan harus puasa gelar selama 3 tahun berturut – turut.
Sedangkan Chelsea bisa bernari ria dengan berbagai trophy Premier League, Piala
FA, maupun Piala Carling.
Lantas dimanakah kesalahan yang dilakukan oleh manajemen Real Madrid?
Seperti yang terdapat pada kalimat pembuka di artikel ini, “if you took out Makelele from the
team, so you took out the
heart of their team”.
Manajemen El Real terlalu sibuk untuk mendatangkan mesin – mesin baru seperti Beckham maupun yang lainnya. Namun ketika mesin – mesin itu telah berkumpul lengkap untuk melakukan pekerjaannya, sang poros utama yaitu jantung, justru dilepas begitu saja. Ya, dalam permainan Real Madrid, peran Makelele sebagai holding midfielder merupakan peran sebagai jantung tim dimana peran tersebut merupakan peran yang sangat vital.
Manajemen El Real terlalu sibuk untuk mendatangkan mesin – mesin baru seperti Beckham maupun yang lainnya. Namun ketika mesin – mesin itu telah berkumpul lengkap untuk melakukan pekerjaannya, sang poros utama yaitu jantung, justru dilepas begitu saja. Ya, dalam permainan Real Madrid, peran Makelele sebagai holding midfielder merupakan peran sebagai jantung tim dimana peran tersebut merupakan peran yang sangat vital.
Kembali ke judul artikel ini, lalu apa
hubungannya dengan Arsenal?
Sejak era Patrick Viera, Arsenal seakan
kehilangan sosok Holding Midfielder yang bisa membawa trophy – trophy kembali
menghiasi tim yang bermarkas di Emirates Stadium ini.
Nama Alex Song sempat menjadi
pembicaraan publik. Namun sikap yang tidak baik kerap diperlihatkan oleh Song
sehingga Wenger tak mau ambil pusing ketika Barcelona datang untuk membelinya.
Inkonsistensi penampilan sang kapten
Mikel Arteta, ditambah badai cedera yang kerap menerpanya membuat Wenger
kehilangan sosok sentral di posisi Holding Midfielder ini dalam beberapa tahun
terakhir.
Pada bursa transfer musim panas tahun
lalu, Wenger sempat dikritik atas kebijakan tarnsfernya yang justru tidak
mendatangkan seorang pemain baru di posisi ini. Wenger memang sempat berkilah
dengan alasan Callum Chambers yang didatangkan dari Southampton merupakan
seorang pemain serba bisa yang juga dapat menempati posisi Holding Midfielder.
Namun seiring dengan berjalannya musim baru 2014/2015, badai cedera menghampiri
lini belakang Arsenal, yang membuat Wenger harus menempatkan Chambers di posisi
aslinya yaitu sebagai defender.
Belum selesai badai cedera menerpa lini
belakang Arsenal, lini tengah juga kembali dilanda badai yang sama. Badai
cedera merupakan salah satu kelemahan besar yang selalu terjadi di Arsenal tiap
tahunnya. Namun untuk kasus ini Wenger sepertinya gagal berbuat banyak dalam
menemukan solusinya. Cederanya Arteta, Wilshere, dan Diaby membuat Flamini
menjadi opsi tunggal di posisi ini. Tentu kita semua tau bagaimana penampilan
Flamini yang sama halnya dengan Arteta, selalu mengalami inkonsistensi
permainan.
Pada bursa transfer musim dingin tahun lalu, Schneiderlin saat itu santer dikabarkan
akan bergabung dengan Meriam London. Tapi kegigihan Southampton untuk mempertahankan
sang pemain kunci membuat Arsenal harus gigit jari.
Wenger tak memiliki opsi lain kecuali
melakukan opsi terakhir yaitu memanggil kembali sang pemain pinjaman dari
Charlton Athletic, Francis Coquelin. Singkat cerita, bergabunglah sang “anchorman”
asal Perancis ini bersama meriam – meriam muda london lainnya.
Seakan menemukan cinta sejatinya,
kepercayaan Wenger memberikan kesempatan kepada Coquelin dijawab dengan sangat baik
olehnya. Coquelin memainkan perannya sebagai holding midfielder dengan begitu
sempurna. Puncaknya ketika Arsenal berhasil mengalahkan Manchester City 2 – 0.
Pergerakan Coquelin yang selalu tepat ketika melakukan recovery maupun interception,
ditambah kekuatan tackelnya yang begitu kuat, membuat coquelin berhasil menjadi
tembok bagi lini pertahanan Arsenal yang sulit untuk ditembus. Selain itu ia
juga kerap menjadi penyambung antara lini belakang ke lini depan ketika Arsenal
membangun serangan. Disinilah letak kesempuraan peran seorang Coquelin.
Sejak saat itu, Wenger mempercayakan
sepenuhnya posisi ini kepada sosok “tak terduga” yang terpatri pada diri
Coquelin.
(Gambar diperoleh dari situs Whoscored.com) |
Keberhasilan Arsenal meraih posisi
Runner Up di Premier League serta menjadi jawara Piala FA adalah bukti nyata
dari kontribusi “peran penyeimbang” yang diberikan oleh Coquelin bagi lini bertahan
dan lini menyerang Arsenal.
“Six
months ago I was at Charlton and today I’m winning the FA Cup. Football can go
so quick and I’m really pleased to get this trophy. It was a big day in my
career.”
Begitulah ucapan dari seorang pahlawan baru Arsenal yang
mengalami perubahan hidup begitu cepat dalam 6 bulan terakhir.
Tanpa mengesampingkan peran heroik dari Alexis Sanchez
serta kejeniusan Santi Cazorla sebagai jenderal lini tengah, peran Coquelin
sebagai holding midfielder tentu juga memiliki dampak yang sangat besar bagi
Arsenal di musim lalu. Dapat dibayangkan bagaimana keroposnya lini pertahanan
Arsenal jika saja Coquelin tidak hadir pada interval kedua premier league musim
lalu.
Untuk menghadapi musim baru 2015/2016, Arsene Wenger
setidaknya bisa sedikit bersantai karena permasalahan keberadaan seorang
holding midfielder sudah ada solusinya pada diri Coquelin.
Keputusan manajemen Arsenal yang baru – baru ini untuk memperpanjang kontrak sang kapten tim, Mikael Arteta adalah keputusan yang sangat tepat. Selain sebagai pemimpin tim, tentu kehadiran Arteta membuat Coquelin bisa belajar lebih banyak dari sang kapten mengingat usia Coquelin yang masih tergolong muda.
Keputusan manajemen Arsenal yang baru – baru ini untuk memperpanjang kontrak sang kapten tim, Mikael Arteta adalah keputusan yang sangat tepat. Selain sebagai pemimpin tim, tentu kehadiran Arteta membuat Coquelin bisa belajar lebih banyak dari sang kapten mengingat usia Coquelin yang masih tergolong muda.
“'I want to be the next Patrick Vieira”, merupakan suatu janji
dari seorang Coquelin kepada dirinya maupun manajemen serta fans Arsenal.
Welcome the new heart of this team, Francis !!!
#SuperSoccerGoesToSingapore
Haha, keren. Kayaknya yang pantes ke singapore emang elo, bro. :))
BalasHapus