Kamis, 21 April 2016

Orang Kaderisasi

Sebelum saya melaksanakan Ujian Sidang skripsi, ada sebuah episode cerita yang membersamai proses tesebut. Sebuah episode cerita yang penuh dengan ikatan emosi dan berakhir dengan happy ending.

Dilematis 12.04.16 
12 April 2016 merupakan hari deadline ujian skripsi untuk proses wisuda gelombang ke III, bulan April. 2 dosen pembimbing dan 2 dosen penguji saya sepakat agar ujian sidang dilaksanakan pada hari tersebut. Awalnya saya bahagia. Namun seketika saya tersadarkan bahwa pada tanggal 11-13 April saya memiliki jadwal pelatihan petugas sensus ekonomi 2016. Saya bingung harus memilih yang mana. Ujian sidang merupakan sebuah hal yang sangat urgent. Namun sejak awal bulan Maret, saya telah menandatangani kontrak sensus ekonomi 2016, yang dimana saya akan menanggung resiko jika saya membatalkan kontrak tersebut. Saya mencoba meminta nasehat dengan kedua orangtua serta murobbi saya dalam memutuskan hal ini. Keduanya pun memberikan jawaban yang sama, ujian sidang skripsi harus diutamakan. Setelah berpikir cukup panjang, akhirnya saya mencoba untuk melakukan sebuah strategi nekat. Jika strategi ini berhasil, ini merupakan win-win solution menurut saya. 

Make a Decision
Strategi yang saya ambil adalah saya akan menjalankan kedua-duanya sebagai "anak baik". Hari pertama kegiatan pelatihan sensus ekonomi, saya datang tepat waktu dan mengambil posisi duduk terdepan. Setelah acara pembukaan selesai, kami dibagi per kelas dengan setiap kelas didampingi oleh seorang instruktur tetap. Instruktur inilah yang akan menjadi pelatih saya selama 3 hari kedepan.

"Sesungguh-sungguhnya rencana kita, rencana Allah jauh lebih indah".
Pada pembagian kelas, saya masuk kedalam kelas Magnolia 1 (magnolia merupakan nama bunga). Dan instruktur di kelas saya namanya Bu Yuni (yang berada di tengah dengan jilbab orange pada gambar).

Ibu yang Menginspirasi
Perkenalan pertama saya dengan beliau, otak saya langsung menyimpulkan bahwa ibu ini seorang kader. Hati saya langsung merespon, jangan terkecoh dengan penampilan seseorang, apalagi sekarang zamannya trend hijab bisa dipakai oleh siapa saja. Perlahan tapi pasti, dugaan saya bahwa bu Yuni itu kader semakin kuat. Dari segi beliau berbicara, menyapa, beretorika, dan berinteraksi memperlihatkan aura seorang "murobbiyah" , hehehe sensor aja ya kalimatnya :p . Aura seorang murobbiyah itu beneran keliatan kok. Intermezzo dulu ya; tahun lalu waktu acara pelatihan kepemimpinan di Bogor, kami para pria-pria tersisa yang jadwal pulangnya kloter terakhir melakukan obrolan serius di kamar. "Kalo aku mau cari istri yang basicnya kaderisasi rek ! " (ucapan salah satu dari kami). Pria-pria yang lain menanggapi statement dari pria asal kota Malang tersebut. Inti dari kalimatnya adalah karena seseorang dengan basic kaderisasi itu lebih plus plus kualitasnya. Tenang, saya tidak terlalu setuju kok dengan statementnya :)) 

Ibu yang Menginspirasi (2)
Lanjut ke topik awal, akhirnya pada hari pertama saya mengikuti pelatihan dengan super serius dan super aktif. Alasannya sederhana, agar Bu Yuni bisa tertarik dengan keseriusan saya. Salah satu dampak dari strategi ini, saya memahami semua materi dengan lancar :D . Ketika acara hari pertama selesai, saya tidk langsung pulang. Saya pulang belakangan hingga pada akhirnya diruangan itu tersisa saya dengan Bu Yuni dan beberapa panitia. Pada moment ini saya mencoba mengeluarkan kemampuan lobby-lobbyan saya. Saya bersikap nothing to lose. Jika berhasil, saya bisa lanjut dua-duanya, dan jika gagal maka saya harus berhenti dengan kontrak sensus ini. Awalya yang saya pikirkan semuanya akan berjalan rumit. Karena pada kasus yang terjadi pada beberapa orang lainnya, izin hanya bisa dilakukan jika mendesak; seperti orang tua sakit. Tapi kenyataan yang terjadi, saya hanya butuh waktu 2 menit untuk meyakinkan bu Yuni. Bu Yuni sangat sangat sangat pengertian dengan kondisi saya, dan memberikan saya izin utnuk melakukan ujian sidang, dengan catatan besok paginya saya harus mengikuti pelatihan dulu. Siap 86 bu !!

Ibu yang Menginspirasi (3)
Pada hari kedua pelatihan, atau selasa pagi, ibunya mengawali kelas dengan sebuah surprise. Di depan semua peserta pelatihan, si ibu meminta semuanya untuk berdoa karena pada hari ini salah satu diantara kita ada yang melaksanakan ujian sidang skripsi (si ibu sengaja tidak menyebutkan nama). Duarrrr. Betapa kagetnya saya ketika si ibu berkata seperti itu. Saya coba lirik si ibu, dan si ibu tersenyum. Semakin malu saya. Hahaha. Tapi apa yang dilakukan oleh ibu Yuni benar-benar pendekatan intrapersonal yang sangat bagus. Gayanya orang kaderisasi banget.

Ibu yang Menginspirasi (4)
Ketika saya selesai ujian sidang, saya langsung segera kembali ke hotel dan mengikuti pelatihan. Sebelum pulang, saya menghampiri bu yuni dan mengucapkan terima kasih karena atas kebaikan dari bu Yuni saya memperoleh nilai A. Dan dejavunya, keesokan hari beliau kembali mengawali kelas dengan menyampaikan kabar gembira tersebut di depan seluruh peserta. Ahhhh, terima kasih banyak ibuuu. You're so d'best !!

Penutup
Teringat akan sebuah rumus sederhana dalam merekrut yaitu berdakwaklah dari keteladanan. Sikap kita dalam keseharian akan memudahakan objek-objek dakwah kita untuk semakin dekat dengan kita. Ketika mereka sudah dekat dan merasa nyaman dengan kita, maka tak sulit untu kita mengajak dia untuk menjadi lebih baik. Saya membayangkan jika seorang perempuan berada pada posisi saya, kemudian bu Yuni menawarkan untuk berada pada jalan kebaikan, maka saya yakin perempuan tersebut akan terketuk hatinya. Karena apa yang telah dilakukan bu yuni benar-benar merupakan sebuah kesan baik yang tercipta hanya dengan beberapa pertemuan. 

You're so inspirited bu !!

Selamat tanggal 21 April :)) 



Peserta kelas Magnolia 1 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar